Ahli Teknologi Ungkap Iron Dome Israel Berpotensi Bobol
Ahli Teknologi – Sejumlah pakar teknologi pertahanan memperingatkan ancaman terhadap sistem pertahanan Israel, terutama terkait dengan persediaan amunisi yang mulai menipis. Hal ini menjadi perhatian serius karena di saat yang bersamaan, ada peningkatan serangan dari Iran dan Hizbullah, yang telah melakukan serangkaian tembakan roket dan drone ke wilayah Israel. Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), sejak […]
Ahli Teknologi – Sejumlah pakar teknologi pertahanan memperingatkan ancaman terhadap sistem pertahanan Israel, terutama terkait dengan persediaan amunisi yang mulai menipis. Hal ini menjadi perhatian serius karena di saat yang bersamaan, ada peningkatan serangan dari Iran dan Hizbullah, yang telah melakukan serangkaian tembakan roket dan drone ke wilayah Israel.
Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), sejak 7 Oktober 2023 hingga minggu lalu, lebih dari 26 ribu roket rudal dan drone diluncurkan ke Israel dari berbagai arah. Serangan ini tidak hanya berasal dari Hamas di Gaza, tetapi juga dari Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan Iran. Peningkatan serangan ini memberi tekanan besar pada Iron Dome, sistem pertahanan udara yang telah lama diandalkan Israel untuk menangkal ancaman dari udara.
Dengan jumlah serangan yang terus meningkat dan persediaan amunisi yang semakin menipis, beberapa ahli teknologi mempertanyakan daya tahan dan efektivitas Iron Dome dalam jangka panjang, terutama jika konflik berkepanjangan.
Krisis Amunisi: Ancaman Serius bagi Sistem Pertahanan Israel
“Masalah amunisi Israel serius,” kata Dana Stroul, mantan pejabat senior pertahanan AS, seperti dikutip dari Business Insider, Rabu (23/10/2024). Peringatan ini menjadi sinyal bahwa persediaan amunisi yang terbatas berpotensi membuat sistem pertahanan udara Israel, terutama Iron Dome, semakin rentan terhadap serangan yang terus menerus.
Di sisi lain, Amerika Serikat juga menghadapi tantangan dalam memenuhi pasokan rudal pencegat yang dibutuhkan, tidak hanya untuk Israel tetapi juga untuk Ukraina. Konflik berkepanjangan di kedua wilayah ini memberikan tekanan besar terhadap rantai pasokan, yang berisiko melemahkan kapasitas pertahanan kedua negara. Ketergantungan pada dukungan AS, sementara Amerika sendiri mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan rudal, bisa menjadi masalah besar bagi Israel di tengah meningkatnya ancaman dari berbagai arah.
Serangan Bertubi-tubi, Iron Dome Mulai Terancam Bobol
Pada April lalu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa serangan udara skala besar dari Iran berhasil ditangkis oleh sistem pertahanan mereka. Israel mengklaim bahwa 99% proyektil berhasil dilawan, menunjukkan keandalan Iron Dome dalam menghadapi ancaman udara yang intens.
Namun, hanya berselang beberapa bulan, situasi mulai berubah. Pada 1 Oktober, Israel mengalami serangan yang lebih merusak, di mana sejumlah rudal diketahui berhasil menghantam area di sekitar pangkalan udara Nevatim, serta sejumlah kecil serangan lainnya berhasil mencapai wilayah bagian tengah dan selatan Israel. Serangan ini menunjukkan adanya tantangan baru terhadap sistem pertahanan yang sebelumnya dinilai hampir sempurna, serta menambah kekhawatiran tentang kemampuan Iron Dome dalam menghadapi serangan besar secara berkelanjutan.
Dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas serangan, para ahli mempertanyakan apakah Iron Dome masih mampu mempertahankan tingkat efektivitas yang sama, terutama dengan persediaan amunisi yang semakin menipis dan kesulitan dalam memenuhi pasokan.
Masalah Persediaan Rudal: Tantangan bagi Sistem Pertahanan Israel
Zvika Haimovic, seorang pensiunan Brigadir Jenderal yang mengawasi pertahanan udara Israel antara tahun 2015 hingga 2018, mengungkapkan bahwa Israel kini menghabiskan rudal lebih cepat daripada kemampuan mereka untuk memproduksinya. Peningkatan jumlah serangan dari berbagai arah telah menyebabkan tingginya permintaan terhadap rudal, yang menyebabkan persediaan semakin menipis.
Boaz Levy, Kepala Eksekutif Israel Aerospace Industries—perusahaan yang memproduksi rudal balistik Arrow untuk pertahanan Israel—mengakui bahwa pasokan rudal memang kurang memadai. “Bukan rahasia lagi kami perlu mengisi kembali stok,” ucapnya. Levy juga menyebut bahwa mereka bekerja keras selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu untuk memenuhi kebutuhan senjata Israel, namun tetap memberikan catatan bahwa produksi rudal pencegat membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Di sisi lain, tidak semua pihak meyakini narasi kekurangan rudal ini sepenuhnya akurat. Ori Wertman, seorang peneliti dari University of South Wales, meragukan klaim bahwa Israel benar-benar menghabiskan persediaan rudal pencegat mereka. “Menggunakan perang psikologis merupakan bagian dari perang, terutama di kawasan Timur Tengah,” ujarnya. Menurut Wertman, ada kemungkinan narasi tentang kekurangan persediaan rudal ini juga digunakan untuk menanamkan ketakutan atau mendapatkan dukungan lebih dalam konflik yang sedang berlangsung.
Baca juga artikel lainnya dari UnityGames.org