Lubang Misterius di Tempat Tak Terduga Membingungkan Ilmuwan
Lubang Misterius – Pada tahun 2014, sekelompok ilmuwan menemukan sebuah lubang misterius berbentuk kawah di Yamal Peninsula, Siberia, Rusia. Lubang ini memiliki diameter sekitar 30 meter dengan kedalaman lebih dari 50 meter. Penemuan ini langsung menjadi misteri besar yang memancing perhatian banyak pihak, termasuk para peneliti dan media di seluruh dunia. Di sekeliling lubang tersebut […]
Lubang Misterius – Pada tahun 2014, sekelompok ilmuwan menemukan sebuah lubang misterius berbentuk kawah di Yamal Peninsula, Siberia, Rusia. Lubang ini memiliki diameter sekitar 30 meter dengan kedalaman lebih dari 50 meter. Penemuan ini langsung menjadi misteri besar yang memancing perhatian banyak pihak, termasuk para peneliti dan media di seluruh dunia.
Di sekeliling lubang tersebut terdapat semacam ejecta, yaitu partikel yang tampak seperti terlempar dari dalam tanah dan tersebar di area sekitar. Kehadiran ejecta ini menimbulkan asumsi bahwa lubang tersebut terbentuk akibat ledakan yang terjadi di bawah permukaan tanah. Namun, meski teori ledakan menjadi salah satu penjelasan yang masuk akal, para ilmuwan masih merasa bingung mengenai apa yang sebenarnya menjadi penyebab utama munculnya lubang ini.
Fenomena alam yang terjadi di wilayah dingin Siberia ini memunculkan berbagai spekulasi, termasuk kemungkinan adanya ledakan gas metana yang terperangkap di dalam tanah akibat permafrost yang mencair. Namun, ketidakpastian mengenai sumber ledakan, serta tidak adanya saksi mata yang melihat kejadian tersebut, membuat lubang misterius ini menjadi teka-teki yang terus memicu rasa penasaran.
Fenomena Lubang Misterius dan Kaitannya dengan Pemanasan Global
Sejak penemuan awal pada tahun 2014, ternyata banyak lubang lainnya bermunculan di sekitar Yamal dan Gydan Peninsula. Fenomena ini semakin memicu pertanyaan mengenai penyebab di balik terbentuknya lubang-lubang besar tersebut. Salah satu penjelasan yang mulai muncul adalah terkait dengan pemanasan global yang memicu pelepasan gas metana dalam jumlah besar dari dalam tanah.
Ana Morgado, seorang engineer kimia dari University of Cambridge, menjelaskan bahwa banyaknya metana yang dilepaskan dari lubang-lubang ini mengindikasikan adanya dampak pemanasan global. “Ada kondisi yang sangat spesifik yang memungkinkan fenomena ini terjadi,” kata Morgado, seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (31/10/2024).
Menurut tim ilmuwan, fenomena ini bukan hanya disebabkan oleh lelehan permafrost yang semakin meluas akibat kenaikan suhu global. Lelehan permafrost memang terjadi dan berkontribusi pada proses ini, tetapi faktor-faktor lainnya juga ikut berperan sehingga dampaknya dapat menghasilkan lubang-lubang dengan ukuran yang begitu besar. Sejumlah peneliti mengungkapkan bahwa kombinasi dari pemanasan global, akumulasi gas metana, dan tekanan tanah adalah yang mungkin menyebabkan fenomena ini terjadi dengan skala yang lebih ekstrem.
Dua Pemicu Ledakan Menurut Ahli Geofisika
Menurut Julyan Cartwright, ahli geofisika dari Spanish National Research Council, hanya ada dua pemicu ledakan yang dapat menyebabkan munculnya lubang besar seperti yang ditemukan di Yamal Peninsula. “Bisa jadi karena reaksi kimia yang menyebabkan ledakan, seperti yang terjadi pada ledakan dinamit, atau ledakan fisika seperti ketika Anda memompa ban sepeda hingga meledak,” jelasnya.
Dalam investigasi yang dilakukan, tidak ditemukan cahaya atau produk terbakar, yang menunjukkan bahwa ledakan ini mungkin disebabkan oleh reaksi kimia. Namun, peneliti juga menyimpulkan bahwa tekanan yang menyebabkan ledakan pasti berasal dari sumber fisik.
Teori Osmosis dalam Pembentukan Lubang
Pada akhirnya, para peneliti berpendapat bahwa proses ini melibatkan fenomena osmosis—kecenderungan suatu cairan untuk bergerak sehingga konsentrasi zat terlarut di dalamnya menjadi seimbang. Ketika permafrost menghangat dalam waktu lama akibat perubahan iklim, permukaannya akan mulai mencair dan air akan mengalir ke bawah. Dalam situasi normal, fluktuasi ini cenderung rendah, tetapi kenaikan suhu akibat pemanasan global menyebabkan partikel-partikel dari permukaan mengalir lebih jauh ke bawah hingga bertemu dengan lapisan air asin yang disebut cryopeg.
Cryopeg biasanya berada di atas lapisan hidrat metana, yang stabil karena dipertahankan oleh tekanan tinggi dan suhu rendah dari cryopeg. Namun, ketika lelehan air dari permukaan masuk ke cryopeg, tekanan rendah dan kandungan garam yang tinggi tidak hanya akan menyerap partikel dari permukaan, tetapi juga bertindak sebagai pompa melalui osmosis.
Akibatnya, hidrat metana yang tadinya stabil terganggu dan mulai merilis gas metana, yang akhirnya menyebabkan ledakan fisik besar. “Ini mungkin menjadi fenomena yang sangat langka. Namun, jumlah metana yang dilepaskan dari proses ini dapat memiliki dampak besar terhadap pemanasan global,” kata Ana Morgado, peneliti dari University of Cambridge.
Baca juga artikel lainnya dari UnityGames.org